Sabtu, 05 Februari 2011

farmaklogi "Pemeliharaan Hewan Percobaan"

Pemeliharaan Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan untuk percobaan adalah hewan yang sehat, karena hanya dari hewan yang sehat dapat diharapkan produksi yang optimal dan layak digunakan sebagai hewan percobaan. Pemeliharaan kesehatan hewan percobaan merupakan kombinasi antara usaha pencegahan penyakit dan pengobatan hewan yang sakit. Penyakit-penyakit yang berbahaya bagi hewan percobaan lebih mudah dicegah daripada diobati.

CARA PEMELIHARAAN

a.Kandang

Bangunan untuk kandang harus direncanakan dengan baik sehingga memberikan kenyamanan hidup bagi hewan, hal yang harus diperhatikan adalah sbb :
1.Kandang harus cocok untuk masing-masing spesies hewan
2.tidak mempunyai permukaan yang tajam dan kasar sehingga tidak melukai hewan
3.mudah dibersihkan
4.mudah diperbaiki
5.tidak mudah rusak oleh hewan yang dikandangkan atau hewan pemangsa dari luar
6.cukup luas agar hewan dapat bergerak leluasa untuk mencari makanan dan berbiak
7.Bangunan kandang harus cukup terang
8.mendapat air bersih
9.mudah dibersihkan
10.kering
11.dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah dan cukup ventilasi
12.Kayu yang tidak dicat serta bahan-bahan lain yang bersifat mengisap air tidak boleh dipakai untuk bangunan kandang
13.Hewan dalam kandang akan merasa nyaman bila kandangnya kering, bersih, tidak ribut
14.Suhu antara 18 – 29 ºC (rata-rata 20 – 22 ºC)
15.kelembaban relatif antara 30 – 70%
16.sinar antara 800 – 1300 lumaen/m2
17.pertukaran udara minimum 10 kali/jam
18.Alas kandang harus diganti 1 – 3 kali dalam seminggu untuk menjamin kandang selalu kering dan bebas dari gas amoniak yang merangsang selaput lendir sehingga hewan tidak mudah terserang penyakit salurang pernapasan
19.Peningkatan kadar amoniak dalam kandang dapat dicegah dengan ventilasi yang baik, selalu bersih, dan menghindari penimbunan feses serta urin dalam kandang.
20.Hewan yang berbeda spesies ditempatkan dalam kandang yang berbeda.
21.Hewan yang sakit harus segera dipisahkan dalam kandang karantina untuk mencegah penularan atau perluasan penyakit tersebut pada hewan yang sehat.


b.Makanan

1.Hewan percobaan membutuhkan makanan yang bergizi dalam jumlah yang cukup, segar, dan bersih.
2.Minuman harus selalu bersih dan disediakan dalam jumlah yang tidak terbatas.
3.Makanan harus disimpan dalam tempat yang bersih dan kering untuk mencegah pencemaran oleh cendawan dan kutu-kutu makanan.
4.Pemberian makanan yang bermutu merupakan bagian terpenting dalam usaha menghasilkan hewan percobaan yang sehat.

Faktor makanan penting terutama pada penelitian yang menggunakan hewan percobaan dalam waktu panjang, karena defisiensi beberapa zat dalam makanan akan mempengaruhi hasil percobaan. Oleh karena itu hewan laboratorium yang tidak digunakan dalam penelitian tentang makanan harus diberi makanan berkualitas baik untuk menjamin tingkat pertumbuhan dan perkembangbiakan yang normal. Ketidakseimbangan gizi dalam makanan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan, misalnya pertumbuhan lambat, peka terhadap penyakit, bulu atau rambut rontok, kematian anak prenatal, berkurangnya produksi air susu, infertil, anemia, kelainan bentuk tulang, kelainan jaringan saraf, kesulitan bergerak, dan lain-lain.

c.Pemberian Tanda

Hewan percobaan harus diberi tanda secara baik dan jelas. Ada berbagai cara identifikasi, misalnya :
1.pemberian kartu pada kotak kandang,
2.berdasarkan warna bulu,
3.pembuatan lubang atau guntingan pada daun telinga (tikus dan hamster),
4.cincin pada jari kaki,
5.pemberian zat warna pada bagian kulit yang putih, dan lain-lain.
6.Biasanya pemberian tanda pada kotak disertai dengan tanda yang permanen pada hewan sendiri karena hewan dapat dengan mudah berpindah tempat, misalnya pada saat pembersihan kandang.

d. Pencegahan penyakit

Sejumlah faktor organik dan lingkungan dapat meningkatkan resiko kontak dengan agen penyakit dan menurunkan daya tahan tubuh hewan percobaan. Faktor-faktor tersebut perlu diperhitungkan dalam usaha pencegahan penyakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan hewan percobaan terhadap penyakit antara lain faktor lingkungan, faktor genetik, faktor metabolisme, faktor perlakuan dan faktor makanan.
Faktor lingkungan :
- iklim yang ekstrim
- perubahan iklim
- kurang ventilasi
- kadar amoniak tinggi
- terlalu kering atau terlalu lembab
- pergantian personil
- terlalu sesak dalam kandang
- alas kandang kurang baik (kasar, kotor, basah)
- hirarki sosial dalam kelompok hewan
- intensitas cahaya
- penimbunan kotoran di dalam dan di sekitar kandang
- gangguan dari hewan pemangsa

Faktor genetik
- perbedaan jenis kelamin
- kelemahan yang diturunkan dari induk
- perbedaan galur
- kelainan bawaan
- imunodefisiensi

Faktor metabolisme
- umur
- kegemukan
- kurang gizi
- kurang gerak
- laktasi
- kebuntingan
- stress

Faktor perlakuan
- hewan terikat/terkurung
- operasi
- pengaruh obat-obatan
- induksi tumor
- akibat radiasi
- inokulasi agen penyakit
- pengambilan darah

Faktor makanan
- kurang makanan dan air
- makanan busuk
- makanan terkontaminasi jamur, bakteri, toksin
- kualitas makanan rendah, kurang nutrisi

SANITASI LINGKUNGAN DAN DESINFEKSI

Sanitasi merupakan kunci keberhasilan dalam pemeliharaan hewan percobaan. Kandang bersih terutama penting selama hewan bunting, sedang menyusui, dan sebelum memasukkan hewan baru. Kandang bekas ditempati hewan sakit harus disterilkan sebelum digunakan untuk hewan sehat.
Pembersihan kandang sebaiknya dimulai dengan menggunakan air bersih dan sikat untuk menghilangkan sisa-sisa alas kandang, sisa makanan, feses, urin dan lain-lain. Langkah ini penting karena sisa-sisa bahan organik akan menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme. Di samping itu bahan organik dapat menghambat daya kerja desinfektan. Selanjutnya dilakukan pencucian dengan air panas bersuhu 80 – 90 ºC selama 3 menit atau larutan desinfektan, seperti senyawa fenol atau amonium kuartener. Sisa sabun atau desinfektan dibersihkan untuk mencegah keracunan pada hewan. Beberapa desinfektan harus dihindari penggunaannya pada bahan plastik karena dapat menyebabkan kekaburan pada plastik yang transparan.
Perlu juga diingat bahwa tidak semua mikroorganisme peka terhadap desinfektan, misalnya spora bakteri. Virus dan jamur juga mempelihatkan kepekaan yang berbeda-beda terhadap desinfektan.
Desinfektan yang mengadung halogen seperti hipoklorit dan iodofor terutama efektif dalam larutan asam, tetapi dapat merusak pakaian dan aktivitasnya berkurang dalam larutan yang mengandung bahan organik sabun atau sisa-sisa deterjen. Desinfektan yang baik, praktis dan aman untuk kandang hewan misalnya campuran 30 ml Natrium hipoklorit 5% dalam satu liter air. Campuran ini harus dibuat segera sebelum digunakan. Derivat fenol paling sedikit dipengaruhi oleh bahan anorganik dan dapat membunuh bentuk vegetatif gram positif maupun gram negatif (kecuali Pseudomonas yang membutuhkan kontak lebih lama dengan konsentrasi yang lebih tinggi). Emulsi senyawa fenol 1 – 5 % dalam air yang sedikit asam dan bersabun memiliki kemampuan membunuh jamur, spora bakteri, dan virus. Karena residu bau dan racun, maka derivat fenol tidak digunakan untuk desinfeksi tempat makanan dan minuman hewan.
Senyawa amonium kuartener efektif terhadap kuman gram negatif tetapi kurang efektif bila terdapat bahan organik, sabun, dan pada pH asam. Senyawa ini digunakan untuk desinfeksi secara umum dan terutama untuk tempat makanan dan minuman. Namun residunya pada kandang dapat menyebabkan kematian pada kelinci yang sedang menyusu.
Bahan desinfektan lainnya yang dapat digunakan serta telah terbukti memberikan hasil yang baik antara lain NaOH 2%, formalin, gas etilen dioksida dan larutan amoniak 10%.
Urin kelinci, marmut, dan hamster bersifat basa dan mengandung kristal kristal fosfat dan karbonat. Bila kristal tersebut mengendap pada kandang maka akan terbentuk kerak yang sulit dibersihkan.
Untuk membersihkan kandang dari bulu-bulu dan kotoran lain dapat dilakukan pembakaran yang pada umumnya lebih murah.
Fumigasi menggunakan gas formaldehid, bila didahului dengan pembersihan secara mekanis, merupakan cara yang efektif untuk membasmi parasit dan bakteri ventuk vegetatif. Sebelum fumigasi dilakukan, ruangan kandang harus dikosongkan dari hewan lalu ditutup kedap udara, suhu dibuat di atas 21 ºC dan dibasahi agar kelembaban relatif mencapai 80 % atau lebih. Gas formaldehid dapat diperoleh dengan cara memanaskan kristal p-formaldehid.

Referensi :
Malole, M.B.M. & Pramono, C.S.U., 1989, Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB, Bogor, 31 – 37.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar